Sabtu, 29 Januari 2011

Berbeda

Untuk sesaat, angin yang berhembus kencang itu selalu membuatku melayang. Entah sejak kapan aku juga tidak tau. Yang ku tahu aku hanya merasakannya, merasa nyaman, merasa aman dan merasa bahagia....
Jangan tanya aku, mengapa ? Jangan tanya aku, dari mana ? Jangan tanya aku, aku harus bagaimana ? aku bahkan tak tau apa yang sedang terjadi.
Hanya terus merenung, hanya terus melamun dan terus berdiam. aku merasa tak berguna. Aku bahkan merasa aku ini sampah ! Oh ! Bisa beri aku petunjuk ?

Ketika galau itu sudah tiba, ku rasa semua yang ku lakukan tak berguna sama sekali. Mulai bertanya-tanya apakah aku salah ?
Kini dugaanku benar, dia beralih. Seakan terus menghilang dan aku menangis.
Menangis dalam kesedihan, menangis dalam kehampaan. Seakan pula dia tak peduli. Terus membawa cerita yang menyesakkan dada, membuat isakanku terus mengalir.
Taukah dia ? Entahlah.

Tapi, suatu waktu itu terjadi. Tak terduga dia bagai menghujam duniaku dengan bongkahan es keras nan dingin dengan ganas. Membuatku beku bahkan air mataku mengering. Dia tau semuanya. Apa yang ku lakukan ? Aku hanya masih terpaku tak tau mau berucap apa tak tau harus bagaimana. Inilah aku manusia yang bodoh.

Akhirnya aku tak berani mengaku. Aku hanya berpura-pura bercanda dan merasa dewasa, merasa tegar. Padahal lemah. Yah. Jangan bilang aku bodoh ! Jangan menyimpulkan aku bodoh ! Meski memang begitu tapi aku hanya tak mau bermasalah. Tak mau jatuh lebih dalam tak mau terjebak dalam jurang.

Dia terus menghilang. Meskipun sakit, aku bersyukur. Karna saat dia muncul meskipun senang aku juga sakit mengingat apa yang telah dia lakukan. Oh Tuhan ! Ini terlalu aneh untuk seorang anak ingusan sepertiku. Tapi dulu itu dia tak peduli Tuhan! Dia terus mencecokiku dengan caranya yang membuatku senang, terus membuatku terhibur hingga aku melayang dan akhirnya tak kuasa menahan jatuh.

Berusaha untuk terus melupakan. Aku bisa ! Aku yakin aku bisa !

Aku mulai bisa kawan ! Tapi dia datang lagi. Membawa kisahnya yang awalnya manis berubah menjadi pahit kepadaku. Dia mengisahkan kisahnya, dan aku ? Masih ada getaran itu walau halus. Tapi aku tak peduli. Tau apa yang ku pikirkan saat itu ? Dia adalah orang yang paling bodoh yang pernah aku kenal. Dan itu membuatku senang, kenapa ? Karna aku bisa melupakan getaran itu dengan berpikir seperti itu kepadanya. Jahat ? Biarkan. Toh pikiran itu hanya mampu menguasai otakku, bukan otak orang lain

Tidak ada komentar:

Posting Komentar