Beberapa bulan lalu, aku berusaha keras untuk belajar, pulang selalu sore dan pr selalu menanti di malam hari, aku merasa aku udah maksimal. Tapi ternyata itu hanya perasaanku saja. Pas hari menegangkan itu tiba, aku terdiam. Kertas itu langsung saja ku lipat, wali kelas memperlihatkan nilai asliku ketika membagi kertas itu. Dan aku dingin, mataku berkaca-kaca, aku tak dapat berkata-kata. Semua temanku heran melihatku. Tapi aku tetap diam, hingga akhirnya meneteslah air itu. Dadaku sakit, sakit sekali. Aku merasa sudah maksimal, aku merasa kau sudah berusaha dengan keras, tapi apa yang kudapatkan belum sebanding dengan itu. Nilai ujianku anjlok. Merah ada dua, bahkan tiga. Dan yang lebih parahnya lgi 2 mata pelajaran jurusan. Aku gak tau apa-apa lagi, aku bingung. aku masih terus menangis, menangis dan menangis. semua temanku melihatku mencoba menghibur tapi aku masih menangis.
Aku merasa bersalah, aku menghabiskan uang orang tua hanya untuk nilaiku yang anjlok itu. Aku masih menangis. Sempat aku merasa semuanya tidak adil. Beberapa temanku yang usahanya belum sepertiku bisa mendapat nilai lebih bahkan tidak ada yan merah, tapi aku ? Aku bingung yah aku bingung. Aku masih menagis. Tapi aku mencoba positif thinking, mungkin aku saja yang memang belum begitu keras untuk berusaha. Namun, aku masih merasakan sakit. Ya Allah bagaimana ini, aku gak tau lagi harus gimana. Rasanya saat itu juga aku ingin menghilang ingin lenyap begitu saja. Tapi tidak bisa. Aku harus menghadapi kenyataan, PAHIT.
Aku masih tetap saja menangis sesenggukan, teman-teman masih saja memperhatikanku. Aku merasa bersalah, aku tau aku memang kurang berusaha, dan itu masalah terbesarnya, aku takut akan orangtuaku. aku takut. aku mengecewakan mereka, aku berbicara tentang cita-citaku yang tinggi pada mereka, tapi untuk mencapai itu aku memberi mereka hasil yang merah ?! bagaimana ini ?
Aku mencoba menenangkan diri, pulang sekolah aku langsung menuju ke rumah salah satu teman baikku ketika SMP, aku ingin sharing ingin mencari ketenangan dengan sharing dengannya. Memang agak membaik perasaan kangen dan akhirnya bisa ketemu dengan teman lama sedikit melupakan masalah yang baru saja menimpaku. Gak seluruhnya memang, tapi biarlah seenggaknya aku bisa berpikir dengan lebih tenang bersamanya. Akhirnya aku pulang tepat jam setengan 5 sore.
Daam perjalanan pulang aku kembali kebingungan, apa yang haus kukatakan pada orang tuaku ? bagaimana kalau mereka marah besar ? aku takut. aku kecewa pada diriku sendiri. aku sedih, karna aku belum bisa kasih yang terbaik.
Aku sampai di rumah, aku masih diam belum berani bicara. hingga malam tiba aku membernikan diri memberikan kertas "sialan" itu pada bapak. respon yang ada memang tak seperti dugaanku, tapi aku tahu dia pasti kecewa, aku menangis lagi malam itu. Dadaku kembali sakit lagi kala itu. Tapi aku berusaha kuat berusaha menemukan titik terangku. aku berusaha mengambil nilai posotif dalam masalahku mengambil hikmah dari peristiwa ini. Mungkin Allah ingin aku lebih serius, mungkin Allah ingin aku lebih menyadari kekuranganku yang seharusnya bisa ku manfaatkan menjadi kelebihanku. Mungkin Allah ingin aku menajadi orang yang lebih kuat dengan memberikannya cobaan berat dulu baru memberinya kebahagiaan. Aku berpikir positif aku yakin Allah punya rencana indah untukku. Aku yakin Allah sudah mepersiapkan hal luar biasa untuk nanti kujalani setelah aku berusaha lebih keras lagi. Doakan aku agar aku bisa menjadi orang yang mampu berusaha keras orang yang mampu merai apa yang ku cita-citakan dan orang yang mampu menghpus kekecewaan menjdi kebanggaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar